Jumat, 28 November 2014

Gangguan membaca pada anak dan remaja





I.          PENDAHULUAN
              Gangguan belajar pada anak atau remaja belajar ditandai dengan  prestasi yang rendah di sekolah dalam hal membaca, menulis atau menghitung dibandingkan dengan kemampuan intelektual secara keseluruhan pada anak.1 Sekitar lima persen anak sekolah  anak sekolah umumnya mengalami gangguan belajar. Gangguan belajar bukanlah gangguan tunggal tetapi termasuk gangguan yang saling berkaitan dengan membaca, berbahasa dan menghitung.2 Kriteria diagnostik gangguan belajar dalam DSM-IV (DSM-IV-TR) meliputi gangguan membaca, gangguan menghitung, gangguan  menulis , dan gangguan belajar tidak  spesifik 1
                   Gangguan membaca adalah suatu bentuk gangguan belajar yang melibatkan adanya kegagalan signifikan pada keakuratan bacaan, kecepatan membaca atau pemahaman yang menyebabkan penurunan prestasi akademik dan aktivitas sehari-hari. Penderita gangguan membaca akan mengalami penurunan kemampuan membaca yang tidak sesuai dengan tingkat intelegensia, kesehatan pendidikannya dan kesehatan fisik. Gangguan membaca umumnya disebut disleksia.3
              Gangguan membaca pertama kali ditemukan pada tahun 1896 di Inggris, berdasarkan suatu penelitian pada anak laki-laki yang cerdas dan pintar yang memiliki kesulitan dalam membaca.4
 
            Satu dari lima anak setidaknya mengalami kesulitan dalam belajar membaca. beberapa bukti menunjukkan sebagian besar anak sekolah dengan gangguan membaca gagal untuk mengejar  kemampuan membaca dengan teman sebayanya. Meskipun sebagian anak akhirnya mampu membaca, berapa anak terus mengalami gangguan membaca dan tidak pernah lancar  membaca. perkembangan dini kemampuan membaca sangat penting dan upaya harus dilakukan untuk mengindentifikasi anak-anak dengan gangguan membaca dan melakukan intervensi sedini mungkin.5

Adapun tujuan dari penulisan Refarat ini adalah untuk membahas gangguan membaca, definis, epidemiologi, etiologi, gejala, diagnosa, deteksi gejala dini, penilaian gangguan membaca, diagnosa banding dan terapi pada gangguan membaca.

2. Definisi
            Gangguan membaca didefinisikan sebagai kemampuan membaca di bawah tingkat yang diharapkan sesuai usia anak, pendidikan, dan kecerdasan yang signifikan menganggu keberhasilan akademis atau kegiatan sehari-hari yang melibatkan membaca. Menurut DSM-IV-TR, bila ada kondisi neurologis atau gangguan sensorik, gangguan membaca yang diperlihatkan berlebihan biasanya berhubungan dengan kondisi lain.1
3. Epidemiologi
            Menurut National Institute of health, terdapat 5-15 % gangguan membaca dari keseluruhan populasi. 80 % anak yang mengalami gangguan belajar memiliki gangguan membaca. Penelitian lainnya menunjukkan 4 % dari usia anak sekolah mengalami gangguan membaca dengan riwayat keluarga yang memiliki gangguan yang sama. Shaywitz et al. melaporkan prevalensi gangguan membaca 5,6 % pada usia 6 tahun, 7 % pada usia 8 tahun dan 5,4 % pada usia 10 tahun. Dan perbandingan 1:3-5 antara anak laki-laki dan perempuan. 6

4. Komorbiditas
Anak-anak dengan gangguan membaca sering berhubungan dengan ADHD, diperkirakan 36 % anak dengan ADHD mengalami gangguan membaca. Gangguan sosial juga sering dialami anak dengan ADHD. adanya peningkatan gangguan kecemasan, menarik diri dan depresi pada anak dengan gangguan membaca dibanding tanpa gangguan ini.1,4
5. Etiologi
a.    Masalah persepsi visual
Pada awal abad 20, disleksia dipercaya disebabkan oleh kerusakan pada sistem pengolahan data visual yang mengelola kata-kata dan huruf. Terapi yang diberikan pada defek ini berupa pelatihan mata dan pelatihan lainnya yang digunakan untuk meningkatkan persepsi vuisual terhadap kata-kata dan huruf.
b.    Pemrosesan fonem
Disleksia melibatkan adanya gangguan pemrosesan dari unit-unit linguistik yang disebut fonem, yang melibatkan keseluruhan ucapan dan kata-kata yang ditulis. Area pemrosesan fonologik di otak harus memecah kata  menjadi unit-unit fonem sebelum kata-kata tersebut di indentifikasi, dipahami, disimpan atau di ingat. Dalam pembicaraan sehari-hari, proses ini berlangsung otomais tanpa disadari oleh pembicara dan pendengar. Penelitian menunjukkan bahwa membaca menunjukkan cara berbicara dari seseorang. Untuk membaca seseorang mesti mengenali suatu tampilan huruf pada urutan tertentu baru bisa menimbulkan suara dari huruf tersebut. Untuk belajar membaca, individu harus bisa menyatukan huruf menjadi suara selanjutnya mengubah huruf-huruf tersebut menjadi kata secara spontan. Proses ini melibatkan kelancaran membaca yang cepat dan pembaca juga harus mengingat kata dan menghubungkan maknanya pada kalimat atau paragraf yang dibaca. Pengolahan fonem yang lambat merupakan penyebab gangguan utama dalam membaca
c.    Neurofisologi
PET Scan menunjukkan adanya penurunan aktivitas daerah perisilvii kiri termasuk girus temporal dan medial pada gangguan membaca. Gambaran neurofisiologi juga menunjukkan bahwa bagian anterior otak teraktivasi saat proses fonologik. Bagian temporo oksipital yang aktif saat adanya persepsi otomatis berpengaruh pada gangguan membaca. Analisa kerusakan anatomi menunjukkan bahwa regio ini berperan penting dalam pembentukan dan perepsi bentuk kata.
d.    Genetik.
Pada penelitian genetik dan neurobilogi menunjukkan bahwa gangguan membaca dapat diturunkan melalui autosomal dominan.4
6. Tanda dan Gejala
            Anak dengan gangguan membaca, mempunyai masalah dalam pengulangan dan pemisahan bunyi yang menyusun kata-kata saat berbicara. Kemampuan membaca pada anak diawali dengan mengenal kata yang mana melibatkan kemampuan memisah bunyi kata dan mencocokkan dengan tulisan. Anak dengan gangguan membaca sulit menghubungkan suara pada saat berbahasa dengan bentuk tulisan pada kata-kata. mereka sulit untuk memahami kalimat.7
Secara umum gangguan membaca membaca pada anak meliputi:
a.    Kesulitan menentukan arti dari kalimat yang mudah
b.    Kesulitan mengenal tulisan kata
c.    Kesulitan mempelajari pengulangan bunyi
Tanda gangguan membaca pada anak umumnya meliputi
1.    Kesulitan mengindentifikasi atau mengenal satu kata tunggal
2.    Kesulitan memahami bunyi kata, urutan kata dan irama
3.    Gangguan mengeja
4.    Susunan huruf yang tidak sesuai dalam kata
5.    Mengganti huruf-huruf dalam kata
6.    Kesulitan membaca kata-kata secara keseluruhan
7.    Membaca lambat
8.    Gangguan dalam belajar mencakup keterlambatan bicara, gangguan arah, gangguan lawan kata, gangguan menghitung dan menulis.3
Gejala Disleksia sulit dikenali sebelum anak masuk sekolah, tetapi beberapa tanda awal mungkin menunjukkan adanya masalah. Setelah anak mencapai usia sekolah, seorang guru mungkin menjadi yang pertama untuk melihat masalah tersebut. Kondisi ini sering menjadi jelas saat seorang anak mulai belajar membaca.3
7. Deteksi dini gejala
Riwayat anggota keluarga dengan gangguan belajar membuat orang tua, guru dan dokter untuk waspada terhadap kemungkinan gangguan ini.  Riwayat keterlambatan perkembangan berbicara, berbahasa, kata yang beirama atau huruf atau kata-kata yang mirip sebagai indikasi awal tanda disleksia. Orang tua atau guru dapat mendeteksi lebih awal pada usia pra sekolah. Namun kebanyakan kasus gangguan belajar tidak ditemukan sampai anak mengalami kesulitan akademik disekolah. Anak akan mengalami gangguan membaca, mengeja, menulis, mengingat kata atau berhitung. Karena perbaikan lebih efektif pada tahap awal gangguan, diagnosis menjadi sangat penting. Efek disleksia dapat berbeda-beda pada setiap anak tergantung tingkat keparahan, efektivitas dan waktu pemberian latihan dan pengulangan.8
8.    Kriteria diagnosa gangguan membaca
            Kriteria gangguan membaca dalam DSM IV : a) Kemampuan membaca           ( ketepatan, kecepatan atau pemahaman bacaan ) dilakukan pada individu sesuai umur, intelejensi dan pendidikan yang menurun sekali dari yang diharapkan. b)  gangguan membaca sangat mempengaruhi pencapaian akademik atau aktivitas sehari-hari yang diperoleh melalui kemampuan membaca. c) bila terdapat defisit sensorik, kesulitan membaca yang melebihi biasanya berkaitan dengan hal tersebut.9
9.    Pemeriksaan fisik dan Penunjang
            Pemeriksaan fisik memiliki peran yang sangat terbatas dalam mendiagnosa disleksia. Gangguan sensori primer harus disingkirkan. Pemeriksaan neurologi pada penderita disleksia biasanya normal. Pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiologis, elektroensefalografi dan analisa kromosom hanya dilakukan jika ada indikasi klinis. Pada kasus tertentu, pemeriksaan  genetik seperti sindrom klinefelter yang berhubungan dengan kesulitan bahasa dan membaca.10
10. Penilaian membaca
Membaca dinilai berdasarkan kelancaran dan pemahaman.Test yang digunakan untuk menilai fonologi anak adalah comprehensive test of phonological      (CTOOP). Test ini standar dilakukan untuk anak usia 5 tahun sampai dewasa.  Pada anak usia sekolah salah satu test yang penting adalah untuk menilai apakah anak tersebut dapat menganalisa kata. Test yang digunakan adalah Woodcook-Johnson III dan Woodcock Reading mastery test. Kefasihan berbicara di nilai dengan Gray oral rading test. Untuk menilai kecepatan  membaca suatu kata digunakan Test of world reading efficiency ( TOWRE )10
11. Diagnosa Banding
            Gangguan membaca sering disertai dengan gangguan penyerta seperti gangguan berbahasa, gangguan menulis, ADHD, retardansi mental, global deficit delay, anak tidak sekolah.1,7
12. Skrining
Dokter sebaiknya melakukan skreening pada anak-anak pra sekolah untuk mendeteksi gangguan bicara dan berbahasa. Berbagai pemeriksaan yang murah dan sesuai yang tersedia di pusat pelayanan kesehatan. Seperti pemeriksaan PEDS pada laporan orang tua, hanya butuh waktu lima menit untuk scoring dan interpretasinya.  Alat skreening lainnya juga tersedia untuk anak usia sekolah.  The Safety Word Inventory and Literacy Screener telah memvalidasi skreening yang berfokus pada gangguan membaca pada anak usia 6-14 tahun. Skreening ini hanya butuh waktu kurang dari lima menit dan mempunyai nilai spesifisitas sekitar 80 %.5
13. Terapi
Intervensi melalui program pelatihan pada anak gangguan membaca sebaiknya diberikan untuk meningkatkan kepekaan bunyi kata, kemampuan menyatukan kata, memisah kata dan pemahaman bacaan. Intervensi diberikan oleh seorang guru yang ahli menggunakan pendekatan pelatihan kepekaan terhadap bunyi kata. Pada tahap awal fokus pada perbaikan bacaan.5 Pelatihan langsung membaca (mengeja dan menulis) dianggap sebagai terapi penting untuk siswa dengan gangguan membaca. Seseorang dilatih untuk menggunakan metode ini yang menekankan pelatihan pada hubungan antara huruf dan bunyi yang menitik beratkan pada perbaikan pengucapan bunyi secara sadar.  Kebanyakan model pelatihan menggunakan berbagai panca indra.  Anak-anak melihat tulisan di kertas dan mendengar bunyi, mereka mencari kertas tersebut mengatakan nama dan bunyinya dan kemudian mereka menulis di kertas, mengulangi menulis huruf dan bunyinya. Membaca, mengeja, dan menulis diajarkan secara bersamaan. Juga menggunakan  buku audio dan memberikan PR yang yang dimodifikasi. Orang tua diminta untuk membaca kepada anak-anak mereka untuk meningkatkan kesadaran membaca dan memberikan anak-anak mereka pengetahuan biasanya diperoleh dengan membaca.11 Pada tahap kedua, fokus pada penyesuaian. Pada tahap penyesuaian termasuk waktu membaca yang lama, adanya alat perekam di ruang kelas, audio-book dan menggunakan komputer dengan pengecek ejaan.5
14. Prognosa
Prognosa gangguan membaca pada anak tergantung pada tingkat keparahan gangguan dan tipe perbaikan yang diterimanya. Secara umum, anak-anak yang diketahui mengalami gangguan membaca sebelum kelas 3 sekolah dasar dan mendapat pelatihan membaca intensif dapat berprognosa baik. Akan tetapi hal tersebut bervariasi sesuai tingkat inteligensia, kesempatan pendidikan, keinginan pribadi dan keluarga untuk mengatasi gangguan memabca ini. Prognosis biasanya baik bila dideteksi secara dini. Keinginan pribadi yang kuat, diikuti dengan dukungan keluarga, teman dan guru dapat meningkatkan peluang anak untuk mengatasi gangguan membacanya.3
15. KESIMPULAN
Kriteria gangguan membaca dalam DSM IV : a) Kemampuan membaca           ( ketepatan, kecepatan atau pemahaman bacaan ) dilakukan pada individu sesuai umur, intelejensi dan pendidikan yang menurun sekali dari yang diharapkan. b)  gangguan membaca sangat mempengaruhi pencapaian akademik atau aktivitas sehari-hari yang diperoleh melalui kemampuan membaca. c) bila terdapat defisit sensorik, kesulitan membaca yang melebihi biasanya berkaitan dengan hal tersebut. terdapat 5-15 % gangguan membaca dari keseluruhan populasi. 80 % anak yang mengalami gangguan belajar memiliki gangguan membaca.
Gangguan membaca disebabkan oleh permasalah persepsi visual, pemrosesan fonem, neurofisologi dan genetik. Gejala Disleksia sulit dikenali sebelum anak masuk sekolah, tetapi beberapa tanda awal mungkin menunjukkan adanya masalah.
Terapi dengan Intervensi melalui program pelatihan pada anak gangguan membaca sebaiknya diberikan untuk meningkatkan kepekaan bunyi kata, kemampuan menyatukan kata, memisah kata dan pemahaman bacaan.
   DAFTAR PUSTAKA
1.     Sadock, Benjamin James dan Sadock, Virginia Alcott. Learning Disability Dalam : Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. s.l. : Lippincott Williams & Wilkins, 2007. bab 39 .
2.    Lyon, G. Reid. Learning Disabilities dalam The Future Children. s.l. : Spring, 1996. 54-76.
3.     Davidson Tish. Reading Disorder Dalam : Encyclopedia of Mental Disorder di unduh dari www.minddisorders.com. Diakses agustus 2014
4.    .Eric R Crouch, et al. Reading Learning Disorder. Di unduh dari www. Emedicine.medscape.com/article/1835801 di akses agustus 2014
5.    Sutton H, Glascoe F. Evaluation of Children with Reading Difficulties. Journal AAFP.2006. 74:2079-84
6.    Margaret J S. Reading and other Learning Difficulties dalam Child and Adolescent Psychiatry. Edisi 4. Blackwell Science. 2002. H 682-692
7.    Charoo.S et al. Dyslexia ; The Developmental Reading Disorder. Internationale Pharmaceutica Sciencia. 2011. 1:88-93
8.    American Academic Pediatrics. Learning Disabilities, dyslexia and vision. Journal The American Academy of Pediatrics. 2009. 124:836
9.    Allen F, et al. Diagnostic  And Statistical manual of Mental Disorder, Fourth edition Text Revision. American Psychiatric Association. 200 Washington, DC. 2000. 49-52
10. Sally E, Bennet A. Dyslexia ( Spesific Reading Disorder ). Pediatric in Review. 2003. 24:147-153
11. 11.Lewis melvin. Child and Adolescent Psychiatry : A Comprehensive Text Book, Lippincott Williams & Wilkins Publishers.2002; h 583-592

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hospital acquired Pneumonia pada anak

Rf. Respirologi          dr. Abdullah Shiddiq Adam, M.Ked(Ped),SpA                                        Pendahuluan Pneumonia na...