I. PENDAHULUAN
Gangguan
belajar pada
anak atau remaja belajar ditandai dengan prestasi
yang rendah di sekolah dalam hal membaca,
menulis atau menghitung dibandingkan
dengan kemampuan intelektual secara keseluruhan pada anak.1
Sekitar lima persen anak sekolah
anak sekolah umumnya mengalami gangguan belajar. Gangguan belajar
bukanlah gangguan tunggal tetapi termasuk gangguan yang saling berkaitan dengan
membaca, berbahasa dan menghitung.2 Kriteria diagnostik gangguan belajar
dalam DSM-IV (DSM-IV-TR) meliputi gangguan
membaca, gangguan menghitung,
gangguan menulis ,
dan gangguan belajar
tidak spesifik 1
Gangguan membaca adalah suatu bentuk gangguan belajar
yang melibatkan adanya kegagalan signifikan pada keakuratan bacaan, kecepatan
membaca atau pemahaman yang menyebabkan penurunan prestasi akademik dan
aktivitas sehari-hari. Penderita gangguan membaca akan mengalami penurunan
kemampuan membaca yang tidak sesuai dengan tingkat intelegensia, kesehatan pendidikannya
dan kesehatan fisik. Gangguan membaca umumnya disebut disleksia.3
Gangguan membaca pertama
kali ditemukan pada tahun 1896 di Inggris, berdasarkan suatu penelitian pada
anak laki-laki yang cerdas dan pintar yang memiliki kesulitan dalam membaca.4
Satu dari lima anak setidaknya mengalami kesulitan dalam belajar membaca. beberapa bukti menunjukkan sebagian besar anak sekolah dengan gangguan membaca gagal untuk mengejar kemampuan membaca dengan teman sebayanya. Meskipun sebagian anak akhirnya mampu membaca, berapa anak terus mengalami gangguan membaca dan tidak pernah lancar membaca. perkembangan dini kemampuan membaca sangat penting dan upaya harus dilakukan untuk mengindentifikasi anak-anak dengan gangguan membaca dan melakukan intervensi sedini mungkin.5
Adapun tujuan dari
penulisan Refarat ini adalah untuk membahas gangguan membaca, definis,
epidemiologi, etiologi, gejala, diagnosa, deteksi gejala dini, penilaian
gangguan membaca, diagnosa banding dan terapi pada gangguan membaca.
2. Definisi
Gangguan membaca
didefinisikan sebagai kemampuan membaca di
bawah tingkat yang diharapkan
sesuai
usia anak, pendidikan, dan kecerdasan yang signifikan menganggu keberhasilan
akademis atau kegiatan sehari-hari yang melibatkan membaca. Menurut DSM-IV-TR,
bila ada kondisi neurologis atau
gangguan sensorik, gangguan membaca
yang diperlihatkan
berlebihan biasanya berhubungan
dengan kondisi lain.1
3. Epidemiologi
Menurut National Institute of health, terdapat 5-15 %
gangguan membaca dari keseluruhan populasi. 80 % anak yang mengalami gangguan
belajar memiliki gangguan membaca. Penelitian lainnya menunjukkan 4 % dari usia
anak sekolah mengalami gangguan membaca dengan riwayat keluarga yang memiliki
gangguan yang sama. Shaywitz et al. melaporkan prevalensi gangguan membaca 5,6
% pada usia 6 tahun, 7 % pada usia 8 tahun dan 5,4 % pada usia 10 tahun. Dan
perbandingan 1:3-5 antara anak laki-laki dan perempuan. 6
4. Komorbiditas
Anak-anak dengan
gangguan membaca sering berhubungan dengan ADHD, diperkirakan 36 % anak dengan
ADHD mengalami gangguan membaca. Gangguan sosial juga sering dialami anak
dengan ADHD. adanya peningkatan gangguan kecemasan, menarik diri dan depresi
pada anak dengan gangguan membaca dibanding tanpa gangguan ini.1,4
5. Etiologi
a. Masalah persepsi visual
Pada awal abad 20,
disleksia dipercaya disebabkan oleh kerusakan pada sistem pengolahan data
visual yang mengelola kata-kata dan huruf. Terapi yang diberikan pada defek ini
berupa pelatihan mata dan pelatihan lainnya yang digunakan untuk meningkatkan
persepsi vuisual terhadap kata-kata dan huruf.
b. Pemrosesan fonem
Disleksia
melibatkan adanya gangguan pemrosesan dari unit-unit linguistik yang disebut
fonem, yang melibatkan keseluruhan ucapan dan kata-kata yang ditulis. Area
pemrosesan fonologik di otak harus memecah kata
menjadi unit-unit fonem sebelum kata-kata tersebut di indentifikasi,
dipahami, disimpan atau di ingat. Dalam pembicaraan sehari-hari, proses ini
berlangsung otomais tanpa disadari oleh pembicara dan pendengar. Penelitian
menunjukkan bahwa membaca menunjukkan cara berbicara dari seseorang. Untuk
membaca seseorang mesti mengenali suatu tampilan huruf pada urutan tertentu
baru bisa menimbulkan suara dari huruf tersebut. Untuk belajar membaca,
individu harus bisa menyatukan huruf menjadi suara selanjutnya mengubah
huruf-huruf tersebut menjadi kata secara spontan. Proses ini melibatkan
kelancaran membaca yang cepat dan pembaca juga harus mengingat kata dan
menghubungkan maknanya pada kalimat atau paragraf yang dibaca. Pengolahan fonem
yang lambat merupakan penyebab gangguan utama dalam membaca
c.
Neurofisologi
PET Scan
menunjukkan adanya penurunan aktivitas daerah perisilvii kiri termasuk girus
temporal dan medial pada gangguan membaca. Gambaran neurofisiologi juga
menunjukkan bahwa bagian anterior otak teraktivasi saat proses fonologik.
Bagian temporo oksipital yang aktif saat adanya persepsi otomatis berpengaruh
pada gangguan membaca. Analisa kerusakan anatomi menunjukkan bahwa regio ini
berperan penting dalam pembentukan dan perepsi bentuk kata.
d. Genetik.
Pada penelitian genetik
dan neurobilogi menunjukkan bahwa gangguan membaca dapat diturunkan melalui
autosomal dominan.4
6. Tanda dan Gejala
Anak
dengan gangguan membaca, mempunyai masalah dalam pengulangan dan pemisahan
bunyi yang menyusun kata-kata saat berbicara. Kemampuan membaca pada anak
diawali dengan mengenal kata yang mana melibatkan kemampuan memisah bunyi kata
dan mencocokkan dengan tulisan. Anak dengan gangguan membaca sulit
menghubungkan suara pada saat berbahasa dengan bentuk tulisan pada kata-kata. mereka
sulit untuk memahami kalimat.7
Secara umum gangguan
membaca membaca pada anak meliputi:
a. Kesulitan menentukan arti dari kalimat yang mudah
b. Kesulitan mengenal tulisan kata
c. Kesulitan mempelajari pengulangan bunyi
Tanda gangguan membaca pada anak umumnya meliputi
1. Kesulitan mengindentifikasi atau mengenal satu kata
tunggal
2. Kesulitan memahami bunyi kata, urutan kata dan irama
3. Gangguan mengeja
4. Susunan huruf yang tidak sesuai dalam kata
5. Mengganti huruf-huruf dalam kata
6. Kesulitan membaca kata-kata secara keseluruhan
7. Membaca lambat
8. Gangguan dalam belajar mencakup keterlambatan bicara,
gangguan arah, gangguan lawan kata, gangguan menghitung dan menulis.3
Gejala Disleksia sulit dikenali
sebelum anak masuk sekolah, tetapi beberapa tanda awal mungkin menunjukkan
adanya masalah. Setelah anak mencapai usia sekolah, seorang guru mungkin
menjadi yang pertama untuk melihat masalah tersebut. Kondisi ini sering menjadi
jelas saat seorang anak mulai belajar membaca.3
7. Deteksi dini gejala
Riwayat anggota keluarga dengan
gangguan belajar membuat orang tua, guru dan dokter untuk waspada terhadap
kemungkinan gangguan ini. Riwayat
keterlambatan perkembangan berbicara, berbahasa, kata yang beirama atau huruf
atau kata-kata yang mirip sebagai indikasi awal tanda disleksia. Orang tua atau
guru dapat mendeteksi lebih awal pada usia pra sekolah. Namun kebanyakan kasus
gangguan belajar tidak ditemukan sampai anak mengalami kesulitan akademik
disekolah. Anak akan mengalami gangguan membaca, mengeja, menulis, mengingat
kata atau berhitung. Karena perbaikan lebih efektif pada tahap awal gangguan,
diagnosis menjadi sangat penting. Efek disleksia dapat berbeda-beda pada setiap
anak tergantung tingkat keparahan, efektivitas dan waktu pemberian latihan dan
pengulangan.8
8. Kriteria diagnosa gangguan membaca
Kriteria gangguan membaca dalam DSM IV : a) Kemampuan
membaca ( ketepatan, kecepatan
atau pemahaman bacaan ) dilakukan pada individu sesuai umur, intelejensi dan
pendidikan yang menurun sekali dari yang diharapkan. b) gangguan membaca sangat mempengaruhi
pencapaian akademik atau aktivitas sehari-hari yang diperoleh melalui kemampuan
membaca. c) bila terdapat defisit sensorik, kesulitan membaca yang melebihi
biasanya berkaitan dengan hal tersebut.9
9. Pemeriksaan fisik dan Penunjang
Pemeriksaan fisik memiliki peran yang sangat terbatas
dalam mendiagnosa disleksia. Gangguan sensori primer harus disingkirkan.
Pemeriksaan neurologi pada penderita disleksia biasanya normal. Pemeriksaan
penunjang seperti pemeriksaan radiologis, elektroensefalografi dan analisa
kromosom hanya dilakukan jika ada indikasi klinis. Pada kasus tertentu,
pemeriksaan genetik seperti sindrom
klinefelter yang berhubungan dengan kesulitan bahasa dan membaca.10
10. Penilaian membaca
Membaca dinilai berdasarkan kelancaran dan pemahaman.Test yang digunakan
untuk menilai fonologi anak adalah comprehensive test of phonological (CTOOP). Test ini standar dilakukan untuk
anak usia 5 tahun sampai dewasa. Pada
anak usia sekolah salah satu test yang penting adalah untuk menilai apakah anak
tersebut dapat menganalisa kata. Test yang digunakan adalah Woodcook-Johnson
III dan Woodcock Reading mastery test. Kefasihan berbicara di nilai dengan Gray
oral rading test. Untuk menilai kecepatan
membaca suatu kata digunakan Test of world reading efficiency ( TOWRE )10
11. Diagnosa Banding
Gangguan membaca sering disertai dengan gangguan penyerta
seperti gangguan berbahasa, gangguan menulis, ADHD, retardansi mental, global
deficit delay, anak tidak sekolah.1,7
12. Skrining
Dokter sebaiknya melakukan skreening pada anak-anak pra sekolah untuk
mendeteksi gangguan bicara dan berbahasa. Berbagai pemeriksaan yang murah dan
sesuai yang tersedia di pusat pelayanan kesehatan. Seperti pemeriksaan PEDS
pada laporan orang tua, hanya butuh waktu lima menit untuk scoring dan
interpretasinya. Alat skreening lainnya
juga tersedia untuk anak usia sekolah.
The Safety Word Inventory and Literacy Screener telah memvalidasi
skreening yang berfokus pada gangguan membaca pada anak usia 6-14 tahun. Skreening
ini hanya butuh waktu kurang dari lima menit dan mempunyai nilai spesifisitas
sekitar 80 %.5
13. Terapi
Intervensi melalui program pelatihan
pada anak gangguan membaca sebaiknya diberikan untuk meningkatkan kepekaan
bunyi kata, kemampuan menyatukan kata, memisah kata dan pemahaman bacaan.
Intervensi diberikan oleh seorang guru yang ahli menggunakan pendekatan
pelatihan kepekaan terhadap bunyi kata. Pada tahap awal fokus pada perbaikan
bacaan.5 Pelatihan langsung membaca
(mengeja dan menulis)
dianggap sebagai terapi penting
untuk siswa dengan gangguan membaca.
Seseorang dilatih untuk menggunakan metode ini yang menekankan pelatihan pada hubungan antara huruf
dan bunyi yang menitik beratkan pada perbaikan pengucapan bunyi secara
sadar. Kebanyakan
model pelatihan menggunakan berbagai panca indra. Anak-anak
melihat tulisan
di kertas dan
mendengar bunyi,
mereka mencari kertas tersebut mengatakan nama dan bunyinya dan
kemudian mereka menulis di kertas, mengulangi menulis huruf dan bunyinya. Membaca,
mengeja, dan menulis diajarkan secara bersamaan. Juga
menggunakan buku audio dan memberikan PR
yang yang dimodifikasi. Orang
tua diminta untuk membaca kepada anak-anak
mereka untuk meningkatkan kesadaran membaca
dan memberikan anak-anak
mereka pengetahuan biasanya diperoleh dengan membaca.11 Pada
tahap kedua, fokus pada penyesuaian. Pada tahap penyesuaian termasuk waktu
membaca yang lama, adanya alat perekam di ruang kelas, audio-book dan
menggunakan komputer dengan pengecek ejaan.5
14.
Prognosa
Prognosa
gangguan membaca pada anak tergantung pada tingkat keparahan gangguan dan tipe
perbaikan yang diterimanya. Secara umum, anak-anak yang diketahui mengalami
gangguan membaca sebelum kelas 3 sekolah dasar dan mendapat pelatihan membaca
intensif dapat berprognosa baik. Akan tetapi hal tersebut bervariasi sesuai
tingkat inteligensia, kesempatan pendidikan, keinginan pribadi dan keluarga
untuk mengatasi gangguan memabca ini. Prognosis biasanya baik bila dideteksi
secara dini. Keinginan pribadi yang kuat, diikuti dengan dukungan keluarga,
teman dan guru dapat meningkatkan peluang anak untuk mengatasi gangguan
membacanya.3
15.
KESIMPULAN
Kriteria gangguan membaca dalam DSM IV : a) Kemampuan membaca ( ketepatan, kecepatan atau pemahaman bacaan )
dilakukan pada individu sesuai umur, intelejensi dan pendidikan yang menurun
sekali dari yang diharapkan. b) gangguan
membaca sangat mempengaruhi pencapaian akademik atau aktivitas sehari-hari yang
diperoleh melalui kemampuan membaca. c) bila terdapat defisit sensorik,
kesulitan membaca yang melebihi biasanya berkaitan dengan hal tersebut. terdapat 5-15 % gangguan membaca dari keseluruhan
populasi. 80 % anak yang mengalami gangguan belajar memiliki gangguan membaca.
Gangguan membaca
disebabkan oleh permasalah persepsi visual, pemrosesan fonem, neurofisologi dan
genetik. Gejala Disleksia sulit dikenali
sebelum anak masuk sekolah, tetapi beberapa tanda awal mungkin menunjukkan
adanya masalah.
Terapi
dengan Intervensi melalui program pelatihan pada anak gangguan membaca
sebaiknya diberikan untuk meningkatkan kepekaan bunyi kata, kemampuan
menyatukan kata, memisah kata dan pemahaman bacaan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sadock, Benjamin James dan Sadock,
Virginia Alcott. Learning Disability
Dalam : Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry. s.l. : Lippincott Williams &
Wilkins, 2007. bab 39 .
2.
Lyon, G. Reid. Learning
Disabilities dalam The Future Children. s.l. : Spring, 1996. 54-76.
3. Davidson Tish. Reading Disorder Dalam : Encyclopedia of
Mental Disorder di unduh dari www.minddisorders.com. Diakses agustus 2014
4. .Eric R Crouch, et al. Reading Learning Disorder. Di
unduh dari www. Emedicine.medscape.com/article/1835801 di akses agustus 2014
5.
Sutton H, Glascoe F. Evaluation of Children with Reading
Difficulties. Journal AAFP.2006. 74:2079-84
6. Margaret J S. Reading and other Learning Difficulties
dalam Child and Adolescent Psychiatry. Edisi 4. Blackwell Science. 2002. H
682-692
7. Charoo.S et al. Dyslexia ; The Developmental Reading
Disorder. Internationale Pharmaceutica Sciencia. 2011. 1:88-93
8. American Academic Pediatrics. Learning Disabilities,
dyslexia and vision. Journal The American Academy of Pediatrics. 2009. 124:836
9.
Allen F, et al. Diagnostic
And Statistical manual of Mental Disorder, Fourth edition Text Revision.
American Psychiatric Association. 200 Washington, DC. 2000. 49-52
10. Sally E, Bennet A. Dyslexia ( Spesific Reading Disorder
). Pediatric in Review. 2003. 24:147-153
11. 11.Lewis melvin. Child and Adolescent Psychiatry
: A Comprehensive Text Book, Lippincott
Williams & Wilkins Publishers.2002; h 583-592
Tidak ada komentar:
Posting Komentar